Selamat datang

Selamat datang
Silahkan telusuri kami jangan lupa saran dan keritiknya

Rabu, 02 Maret 2011

JALAN KAKI MENJINAKKAN 9 PENYAKIT
Oleh: Dr. Handrawan Nadesul, Dokter Umum.

1. Pertama-tama tentu menekan risiko serangan jantung. Kita tahu otot jantung membutuhkan aliran darah lebih deras (dari pembuluh koroneryang memberinya makan) agar bugar dan berfungsi normal memompakan darah tanpa henti. Untuk itu, otot jantung membutuhkan aliran darah yang lebih deras dan lancar. Berjalan kaki tergopoh-gopoh memperderas aliran darah ke dalam koroner jantung. Dengan demikian kecukupan oksigen otot jantung terpenuhi dan otot jantung terjaga untuk bisa tetap cukup berdegup. Bukan hanya itu. Kelenturan pembuluh darah arteri tubuh yang terlatih menguncup dan mengembang akan terbantu oleh mengejangnya otot-otot tubuh yang berada di sekitar dinding pembuluh darah sewaktu melakukan kegiatan berjalan kaki tergopoh-gopoh! itu. Hasil akhirnya, tekanan darah cenderung menjadi lebih rendah, perlengketan antarsel darah yang bisa berakibat gumpalan bekuan darah penyumbat pembuluh juga akan berkurang.

Lebih dari itu, kolesterol baik (HDL) yang bekerja sebagai spons penyerap kolesterol jahat (LDL) akan meningkat dengan berjalan kaki tergopoh-gopoh. Tidak banyak cara di luar obat yang dapat meningkatkan kadar HDL selain dengan bergerak badan. Berjalan kaki tergopoh-gopoh tercatat mampu menurunkan risiko serangan jantung menjadi tinggal separuhnya.

2. Kendati manfaat berjalan kaki tergopoh-opoh terhadap stroke pangaruhnya belum senyata terhadap serangan jantung koroner, beberapa studi menunjukkan hasil yang menggembirakan. Tengok saja bukti alami nenek-moyang kita yang lebih banyak melakukan kegiatan berjalan kaki setiap hari, kasus stroke zaman dulu tidak sebanyak sekarang. Salah satu studi terhadap 70 ribu perawat (Harvard School of Public Health) yang dalam bekerja tercatat melakukan kegiatan berjalan kaki sebanyak 20 jam dalam seminggu, risiko mereka terserang stroke menurun duapertiga.

3. Berat badan stabil. Ternyata dengan membiasakan berjalan kaki rutin, laju metabolisme tubuh ditingkatkan. Selain sejumlah kalori terbuang oleh aktivitas berjalan kaki, kelebihan kalori yang mungkin ada akan terbakar oleh meningkatnya metabolisme tubuh, sehingga kenaikan berat badan tidak terjadi. 4. Menurunkan berat badan juga. Ya, selain berat badan dipertahankan stabil, mereka yang mulai kelebihan berat badan, bisa diturunkan dengan melakukan kegiatan berjalan kaki tergopoh-gopoh itu secara rutin. Kelebihan gajih di bawah kulit akan dibakar bila rajin melakukan kegiatan berjalan kaki cukup laju paling kurang satu jam.

5. Mencegah kencing manis. Ya, dengan membiasakan berjalan kaki melaju sekitar 6 km per jam, waktu tempuh sekitar 50 menit, ternyata dapat menunda atau mencegah berkembangnya diabetes Tipe 2, khususnya pada mereka yang bertubuh gemuk (National Institute of Diabetes and Gigesive & Kidney Diseases). Sebagaimana kita tahu bahwa kasus diabetes yang bisa diatasi tanpa perlu minum obat, bisa dilakukan dengan memilih gerak badan rutin berkala. Selama gula darah bisa terkontrol hanya dengan cara bergerak badan (brisk walking), obat tidak diperlukan. Itu berarti bahwa berjalan kaki tergopoh-gopoh sama manfaatnya dengan obat antidiabetes.

6. Mencegah osteoporosis. Betul. Dengan gerak badan dan berjalan kaki cepat, bukan saja otot-otot badan yang diperkokoh, melainkan tulang-belulang juga. Untuk metabolisme kalsium, bergerak badan diperlukan juga, selain butuh paparan cahaya matahari pagi. Tak cukup ekstra kalsium dan vitamin D saja untuk mencegah atau memperlambat proses osteoporosis. Tubuh juga membutuhkan gerak badan dan memerlukan waktu paling kurang 15 menit terpapar matahari pagi agar terbebas dari ancaman osteoporosis. Mereka yang melakukan gerak badan sejak muda, dan cukup mengonsumsi kalsium, sampai usia 70 tahun diperkirakan masih bisa terbebas dari ancaman pengeroposan tulang.

7. Meredakan encok lutut. Lebih sepertiga orang usia lanjut di Amerika mengalami encok lutut (osteoarthiris). Dengan membiasakan diri berjalan kaki cepat atau memilih berjalan di dalam kolam renang, keluhan nyeri encok lutut bisa mereda. Untuk mereka yang mengidap encok lutut, kegiatan berjalan kaki perlu dilakukan berselang-seling, tidak setiap hari. Tujuannya untuk memberi kesempatan kepada sendi untuk memulihkan diri. Satu hal yang perlu diingat bagi pengidap encok tungkai atau kaki: jangan keliru memilih sepatu olahraga. Kita tahu, dengan semakin bertambahnya usia, ruang sendi semakin sempit, lapisan rawan sendi kian menipis, dan cairan ruang sendi sudah susut. Kondisi sendi yang sudah seperti itu perlu dijaga dan dilindungi agar tidak mengalami goncangan yang berat oleh beban bobot tubuh, terlebih pada yang gemuk.

Bila bantalan (sol) sepatu olahraganya kurang empuk, sepatu gagal berperan sebagai peredam goncangan (shock absorber). Itu berarti sendi tetap mengalami beban goncangan berat selama berjalan, apalagi bila berlari atau melompat. Hal ini yang memperburuk kondisi sendi, lalu mencetuskan serangan nyeri sendi atau menimbulkan penyakit sendi pada mereka yang berisiko terkena gangguan sendi. Munculnya nyeri sendi sehabis melakukan kegiatan berjalan kaki, bisa jadi lantaran keliru memilih jenis sepatu olahraga. Sepatu bermerek menentukan kualitas bantalannya, selain kesesuaian anatomi kaki.

Kebiasaan berjalan kaki tanpa alas kaki, bahkan di dalam rumah sekalipun, bisa memperburuk kondisi sendi-sendi tungkai dan kaki, akibat beban dan goncangan yang harus dipikul oleh sendi.

8. Ternyata bergerak badan dengan berjalan kaki cepat juga membantu pasien dengan status depresi. Berjalan kaki tergopoh-gopoh bisa menggantikan obat antidepresan yang harus diminum rutin. Studi ihwal tarbebas dari depresi dengan berjalan kaki sudah dikerjakan lebih 10 tahun.

9. Kanker juga dapat dibatalkan muncul bila kita rajin berjalan kaki, setidaknya jenis kanker usus besar (colorectal carcinoma). Kita tahu, bergerak badan ikut melancarkan peristaltik usus, sehingga buang air besar lebih tertib. Kanker usus dicetuskan pula oleh tertahannya tinja lebih lama di saluran pencernaan. Studi lain juga menyebutkan peran berjalan kaki terhadap kemungkinan penurunan risiko terkena kanker payudara.

Selamatkan Diri dari Inflasi


Uang semakin tak bernilai dalam kondisi ekonomi yang tendensi inflasinya tinggi. "Uang makin berkurang nilainya jika kenaikan inflasi lebih cepat daripada kenaikan pendapatan," kata ekonom Mandiri Sekuritas Destry Damayanti.

Inflasi adalah kenaikan harga-harga secara umum sehingga mengurangi daya beli. Tahun 2010 inflasi di Indonesia mencapai 6,96 persen. Ini artinya daya beli uang kita berkurang hampir 7 persen dari nilai tahun 2009. Bayangkan penyusutan yang akan terjadi dalam sepuluh atau dua puluh tahun mendatang.
Tingkat inflasi dihitung dari kenaikan harga kebutuhan sehari-hari. Unsur pembentuk inflasi adalah bahan makanan, makanan jadi, minuman, tembakau, perumahan, sandang, kesehatan, olahraga, pendidikan, transportasi dan komunikasi.

Destry menyarankan agar Anda membeli aset yang dapat diandalkan untuk mengimbangi inflasi. Nilai aset ini diharapkan akan naik lebih tinggi dari laju inflasi. Ada dua pilihan yang bisa dipertimbangkan, yakni aset fisik atau aset finansial.

Aset fisik antara lain properti (rumah, tanah, sawah atau apartemen), emas, dan mata uang asing. Dulu, dolar Amerika menjadi mata uang asing yang dapat diandalkan. "Tapi sekarang dolar terus melemah secara global, jadi tunda dulu membeli dolar," kata dia. Mata uang lain yang menguat adalah yuan Cina dan dolar Singapura. Sayangnya dua mata uang ini lebih sulit diperdagangkan.

Adapun aset finansial yang dapat dipilih adalah saham dan obligasi. Tak ingin repot, reksadana bisa menjadi pilihan. Membuka rekening tabungan dan deposito memang baik untuk jangka pendek. Namun pilihan ini tidak optimal jika diterapkan dalam jangka panjang keuntungan dari bunga bank tak lebih dari kenaikan inflasi. Saat ini bunga deposito tertinggi hanya 7 persen.

Tak punya dana untuk membeli aset? Menabunglah dari sekarang dan kurangi belanja yang tak perlu. Ingat pepatah lama; sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit.

Famega Syavira